A.
Bekal
Ilmu
Berdasarkan
penjelasan ulama Besar Sayyid Muhammah
Husaini Thabathaba’i bahwa kitab suci Al Quran memandang pengetahuan sebagai
kehidupan manusia yang sesungguhnya, dan berpandangan bahwa tanpa pengetahuan,
seorang manusia tidak berbeda dari jasad mati belaka. Selanjutnya Beliau
menjelaskan bahwa nilai penting dalam mencapai suatu tujuan dan usaha-usaha
untuk mencapainya adalah sebanding dengan tujuan itu sendiri.Dari penjelasan
tersebut dapat disimpulkan bahwa kewajiban kita melaksanakan ibadah haji dan
mendapatkan haji mabrur sebanding dengan upaya-upaya untuk membekali diri untuk
mendapatkan haji mabrur tersebut.
Untuk itu, langkah
pertama yang harus dilakukan para calon Haji
sejak dini adalah mengukur diri tentang sejauhmana memiliki bekal ilmu
untuk melaksanakan ibadah haji atau bekal agar mendapatkan haji mabrur. Kalau jawabannya adalah
ilmu yang dimiliki masih sangat minim dan terbatas. Maka mulai saat ini
dan detik ini kuatkan niat anda untuk belajar. Sisihkan uang untuk
membeli buku-buku keislaman. Sisihkan
waktu untuk mendatangi majelis-majelis ilmu. Dan Buang rasa segan untuk datang dan bertanya kepada para ustaz dan ulama.
Ilmu-ilmu yang sangat penting dimiliki para Calon haji diantaranya adalah
pengetahuan agama, pengetahuan manasik haji, Sejarah Nabi, sejarah kota
Makkah yang sudah dimiliki, pengenalan
kultur dan budaya Arab, pengetahuan tentang kondisi iklim dan cuaca Arab Saudi
dan situasi kondisi pada saat pelaksanaan haji,
pengetahuan tentang tuntunan Shalat Sunat, bacaan zikir Harian dan
Kemampuan membaca al-Quran.
Bekal ilmu tersebut
menjadi sagat penting karena menyangkut
beberapa hal sebagai berikut:
1.
Berkaitan
amaliyah yang dilaksanakan secara rutin ketika di Mekkah dan Madinah
2.
Agar kita dapat
melaksanakan ibadah haji dengan mudah, benar dan dalam rangka mendapatkan haji
mabrur.
3.
Agar tidak melakukan kesalahan-kesalahan baik kecil
maupun besar yang dapat merusak atau
membatalkan ibadah haji yang dilaksanakan
4.
Agar waktu kita betul-betul dapat dimanfaatkan secara
optimal.
5.
Ibadah Haji adalah ibadah yang sangat syarat dengan
simbol dan napak tilas, jadi harus betul-betul berdasarkan ilmu. Pelaksanaan
ibadah haji tanpa didasari ilmu akan sangat mudah terjatuh dalam bid’ah atau bahkan syirik.
1. Pengetahuan Agama
Pengetahuan agama
yang dimaksud di sini adalah tidak hanya terbatas kepada halal, haram, wajib,
sunnah makruh dan mubah tetapi segala sesuatu yang dapat mengantarkan kita
untuk memahami kebesaran Allah SWT dan
yang dapat menggugah dan memotifasi kita untuk beribadah dan memiliki
akhlak mulia.
Tentang perintah belajar dan memperdalam ilmu, Rasulullah saw dan para
ulama telah meninggalkan banyak sekali perintah tentang hal tersebut.
Rasulullah saw bersabda: ” Mencari ilmu
pengetahuan adalah wajib bagi setiap muslim.” (HR Abu Nu’man)
Memperdalam pengetahuan Agama merupakan hak spritual setiap muslim dan
merupakan dosa besar bagi yang mengabaikannya. Bahkan betapa pentingnya
belajar, satu-satunya perintah agama yang tidak mensyaratkan kedewasaan dalam
pelaksanaannya. Namun mencari pegetahuan adalah wajib bagi kita sejak
dilahirkan sampai mati dan dalam semua tahap kehidupan kita. Menurut prinsip
Islam, seorang muslim harus terus belajar sepanjang hayatnya dan menambah
pengetahuannya setiap hari. Sabda
Rasululullahsaw: ”Carilah ilmu
pengetahuan dari buaian sampai ke liang lahat.”
Beberapa langka yang dapat dilakukan dalam rangka meningkatkan pengetahuan
agama yaitu:
1.
Mendatangi majelis-majelis ilmu, baik yang diadakan di
kantor di masjid-masjid maupun yang diadakan di lingkungan dekat rumah.
2.
Membeli dan membaca referensi-referensi Islam (baik melalui buku, mengikuti seminar, makalah-makalah,
tabloid dan majalah Islam)
3.
Menonton
acara-acara dakwah di televisi atau vcd-vcd dakwah Islam lainnya
4.
Membuka situs-situs Islam
5.
Banyak bertanya dan bergaul dengan para ustad dan ulama
2. Manasik Haji
Berdasarkan sabda
Rasulullah yang artinya: Ambillah dariku tentang tatacara kamu menunaikan
ibadah haji (HR. Muslim)
Dari sabda Rasulullah tersebut
menunjukkan bahwa pelaksanakan ibadah haji harus betul-betul menguasai tehnis
atau mempunyai ilmu tentang pelaksanaan ibadah haji sebagaimana yang telah
diajarkan Rasulullah, dan juga sangat jelas di sini bahwa apabila melaksanakan
ibadah haji tanpa di dasari ilmu atau melaksanakan ibadah haji yang tidak sesuai
ajaran Rasulullah tsb akan mengurangi nilai ibadah yang kita laksanakan atau
bahkan ibadah haji kita ditolak atau tidak sah.
Yang dimaksud
pengetahuan tentang manasik di sini tidak hanya sebatas tata pelaksanaan zahiriah tapi yang sangat penting juga adalah
makna-makna hakiki yang dikandung
dari setiap manasik haji yang dilaksanakan.
Bahkan ulama sepakat
bahwa yang namanya haji mabrur itu adalah pengejewantahan dalam kehidupan
sehari-hari terhadap nilai-nilai hakiki yang dikandung dari setiap gerakan haji
yang dilaksanakan.
Beberapa langkah taktis dalam rangka pendalaman pengetahuan tentang manasik
haji yaitu sebagai-berikut:
1. Kuatkan komitmen untuk menghadiri setiap pertemuan
Manasik yang dilaksanakan Depag atau melalui KBIH
2. Mengikuti dengan sebaik-baiknya praktek manasik haji di ’miniatur Haji’ yang biasanya dilaksanakan
di Asrama Haji.
3. Banyak konsultasi dan bertanya kepada ustadz, ulama dan
teman-teman yang sudah pernah melaksanakan ibadah haji
4. Banyak membaca tentang referensi Haji.
Buku-buku haji Yg
sebaiknya dibaca sebelum Haji
No
|
Judul Buku
|
Penulis
|
Penerbit
|
1
|
Menjadi Manusia
Haji
|
Dr. Ali Sariati
|
Mizan
|
2
|
Haji Bersama M.
Quraisy Shihab
|
Dr. M. Quraisy
Shihab
|
Mizan
|
3
|
Antar aku ke
Tanah Suci
|
Dr. H. Miftah
Farid
|
Gema Insani
|
4
|
Perjalanan
Religius
Umrah & Haji
|
Dr. Nurcholish
Madjjid
|
Paramadina
|
5
|
Buku Pintar haji
|
Lukman Hakim
Gayo
|
3. Sirah Nabawiyyah (Nabi Ibrahim as, Nabi
Ismail & Nabi Muhammad saw)
Pelaksanaan Ibadah
haji sangat erat kaitannya dengan peristiwa perjalanan kerasulan Nabi Ibrahim
dan keluarganya (Siti Hajar, isterinya dan Nabi Ismail sebagai putranya) dan
hikmah-hikmah besar yang terkandung dalam setiap pertistiwa tersebut, disamping
itu ada sosok penutup nabi dan Rasul dan juga merupakan keturunan Nabi Ibrahim
yang merupakan penerus dan penyempurna Risalah nabi dan rasul sebelumnya yaitu,
Nabi besar Muhammad SAW.
Dan tentu untuk
mendapatkan hikmah dan merasakan kedalaman ibadah haji tersebut adalah salah satu
syaratnya adalah menguasai betul tentang sejarah Nabi Ibrahim, Siti Hajar, Nabi
Ismail dan Nabi Muhammad SAW. Dan dapat dipastikan tanpa penguasaan sejarah tsb, gerakan-gerakan haji
akan menjadi gerakan-gerakan fisik kosong semata tanpa getaran bathin yang
dalam dan cucuran air mata.
Untuk dapat menguasai sirah Nabawiyyah tersebut, dengan mudah kita
mendapatkannya buku-buku tersebut di di
toko-toko buku.
4. Sejarah Kota Mekkah & Madinah
Hal lain untuk
menunjang pelaksanaan ibadah haji adalah adanya pengetahuan tentang sejarah
Kota Mekkah dan Madianah. Kota tersebut sebagaimana kita ketahui bersama adalah merupakan kota suci
ummat Islam. Kota Mekkah merupakan pusat dari pelaksanaan ibadah haji,
sementara Madinah walaupun tidak termasuk rangkaian ibadah haji, tetapi di kota
tersebutlah jasad Rasulullah di semayamkan. Di samping itu banyak sekali
peninggalan-peninggalan sejarah umat Islam di kedua kota tersebut:
Pengenalan kedua Kota tersebut secara garis besar meliputi:
1.
Kondisi tatkala nabi Ibrahim diperintahkan Allah untuk
memindahkan keluarganya dari Kan’an ke
Mekkah
2.
Berkembangnya kota tersebut setelah adanya air zam-zam
3.
Kondisi sebelum kelahiran nabi Muhammad saw.
4.
Dan tempat-tempat bersejarah selama nabi Muhammad berada
di Makkah sampai hijrah ke Madinah
5.
Masjid-masjid bersejarah yang ada di sana dan
perkembangan pembangunan Ka’bah dan Masjidil Haram.
6.
Kondisi Kota Madinah sebelum Nabi Muhammad Hijrah
7.
Kondisi Kota Madinah setelah Nabi Muhammad Hijrah
8.
Tempat-tempat bersejarah yang ada di Kota Madinah
9.
Masjid-Masjid Bersejarah lainnya dan pembangunan Masjid
Nabawi
5. Pengenalan Kultur Orang Arab dan kondisi Iklim di Arab
Saudi
Pegenalan kultur Orang Arab dan Kondisi Iklim di Arab Saudi, ini menjadi
sangat penting karena menyangkut hal-hal larangan dalam ibadah haji, seperti
marah dan berbantah-bantahan. Secara garis besar karakter orang Arab adalah
sebagai berikut;
1. Karakter yang kaku dan sedikit basa basi.
2. Sangat kuat memegang prinsip dan ngotot, tetapi kalau
kita berhasil mengambil simpatinya, maka dia akan memberikan apresiasi yang
luar biasa.
3. Dari segi emosi mereka meledak-ledak tatapi tidak dendam
dan mudah memaafkan.
Kepada seluruh jamaah haji harus pintar-pintar membawa diri dan agar tidak
gampang merespon terhadap reaksi negative orang arab dan suaranya yang keras.
Bisa jadi suara yang keras dan acuh bukan berarti marah atau benci dengan kita,
tetapi memang itulah karakter dasarnya.
Disamping itu adanya perbedaan
sangsi hukum yang sangat besar
dengan Indonesia. Di Arab Saudi
hukum yang berlaku adalah hukum Islam.
bagi yang mencuri dan sudah mencapai qadarnya akan dipotong tangan, bagi
yang membunuh akan dihukum qishash. Dan juga akan diberikan sanksi yang lebih berat
terhadap yang memulai pemukulan. Untuk itu, seandainya pertengkaran tidak bisa
dihindari, harus diingat jangan sampai kita yang memulai pemukulan.
Adapun mengenai Iklim di Arab Saudi sungguh sangat berbeda dengan di
Inonesia. Perbedaan Iklim dan cuaca dapat di lihat di tabel di bawah ini:
PERBEDAAN IKLIM & CUACA ANTARA
INDONESIA DAN ARAB SAUDI
NO
|
CUACA & IKLIM
|
DI INDONESIA
|
DI ARAB SAUDI
|
1
|
Suhu Udara
|
Berkisar 18 s/d 33 C
|
- Panas bisa di atas > 50 C
- Dingin
bisa di bawah <5 C
|
2
|
Kelembaban
|
Sangat Lembab
|
Kering (Cairan tubuh mudah menguap)
|
3
|
Kondisi Alam
|
Angin sepoi-sepoi
|
Angin Kencang
|
Banyak pohon
|
Gunung Batu
& Padang Pasir
|
||
Curah Hujan Tinggi
|
Curah Hujan
Rendah
|
Dengan kondisi
iklim yang sangat berbeda tersebut, maka seharusnyalah kita mempersiapkan fisik
dengan sebaik-baiknya dan sejak dini.
6. Tuntunan Shalat Sunat dan bacaan zikir Harian
Bagi jamaah haji
hendaknya juga sejak dini mulai mempelajari tuntunan salat sunat dan seharusnyalah sudah mulai membiasakan
diri melaksanakannya. Karena, jangan sampai waktu selama ibadah haji tidak diisi dengan hal-hal yang
bersifat ibadah, termasuk di dalamnya dengan memperbanyak melaksanakan salat
sunat dan zikir kepada Allah.
Ketika hajilah
kita mendapatkan kesempatan yang luar biasa untuk mendulang pahala dan
mempebaiki diri. Sungguh kasihan dan sayanglah, kalau kita sudah mengeluarkan
biaya yang besar dan bepergian dengan jarak yang demikian jauh, tapi hanya
dimanfaatkan kepada hal-hal yang kurang manfaat, seperti banyak tidur,
mengobral, memotret dan berbelanja. Apatah lagi kalau sudah berada di dalam
masjid Haram.
Bukankah Mekkah
tanah haram, negeri yang paling dicintai Allah dan juga Rasul-Nya, kiblatnya
kaum muslimin. Di sana ada masjid Haram yang di dalamnya ada Ka’bah tempat
ibadah kepada Allah yang pertama di muka bumi.
Shalat di dalamnya
sama dengan 100.000,- (seratus ribu) shalat di tempat lain. Sebagaimana
diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah. Rasulullah bersabda: ”Satu salat di
masjidku ini lebih utama dari 1.000,- shalat di tempat lain, kecuali di
Masjidil Haram, dan shalat di Masjidil Haram sekali lebih baik dari 100.000,-
shalat di tempat lain”.
7. Kemampuan Baca Al Quran
Sebagaimana halnya
kesempatan memperbanyak shalat sunat dan zikir sangat banyak, maka kesempatan
membaca aAl-Qur’an juga demikian. Alangkah baiknya setiap ada kesempatan selalu
membaca Al-Quran, bahkan sangat baik kalau kita targetkan. Misalnya selama
ibadah haji, menargetkan minimal menamatkan Al-Quran 1 (satu) kali.